Langsung ke konten utama

Hai Ri ..


Hai

apa kabarmu?
Maaf aku bertanya hal yang mungkin sangat kamu benci. Mungkin. Karena harusnya aku tau kamu saat ini masih mencoba untuk menerima dan mengikhlaskan kepergianku.

Maaf.. aku harus melepasmu secepat ini. Bukan karena aku tidak menyayangimu. Tapi justru sebaliknya, aku melepasmu untuk menjagamu. Karena jika saat ini kamu masih menungguku dan menyisakan banyak waktu untuk aku, semua itu akan sia-sia. Dewasanya kamu, dan baiknya kamu tidak akan pernah pantas waktunya dibuang untuk sosok aku yang masih kekanak-kanakan ini.

By the way, aku rindu tatapan matamu. Sudut binar matamu ketika melihatku, dan segalanya ketika setiap detikmu selalu merindukan aku dan segala kabarku. Kekhawatiranmu kehilangan aku, kekhawatiranmu akan semua tentangku. Aku rindu ketika banyaknya bicaraku hanya kau tanggapi dengan senyummu, senyum penuh makna. Seperti kamu ingin selalu memberitahuku bahwa kamu amat mencintaiku, lewat semua senyummu yang tak pernah berhenti.

Ri..

Saat kemarin, ketika duniaku masih dicintai kamu, rasanya sangat indah meski bagai memeluk duri. Yang jelas, Semua tetap perih.

Aku terlalu jahat untuk kamu yang baik. Aku terlalu rumit untuk kamu yang apa adanya. Maafkan aku, telah menyakiti hatimu yang lembut. Mungkin tak terhitung kata maafku, tapi hanya ini yang dapat kuucapkan.

Dan satu lagi, aku rindu kamu. Semoga saja setelah aku. Kamu cepat menemukan sosok yang mau dan bisa kamu perjuangkan. Jaga dia ya?. melebihi caramu menjagaku kemarin.  Kumohon.

Mungkin nanti saat aku melihat dirimu dengan yang baru, hatiku amat teriris. Tapi inilah konskwensi melepasmu sakitnya harus kutanggung sendiri. Terkadang memang yang terindah tak melulu harus dimiliki. Mungkin ada beberapa yang harus dilepaskan supaya bisa sampai kepada pemilik yang nanti bisa menjaganya dengan baik, contohnya kisah kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari semalam

Jika saja aku tak merasakan kantuk yang luar biasa, Mungkin aku sudah menuliskan ini dari semalam, Ada beberapa patah kata yang kutuliskan semalam sebagai penghantar tidurku, bukan dengan mendengarkan lagu seperti biasa untuk mengiringi tidurku, aku malahsedikit  menuliskan curahan hatiku lewat kata. Cuaca pagi ini mendung, gerimis hujan tadi membasahi tubuhku yang lepas demam ini. Semoga saja tubuhku kembali membaik karena nyatanya sakit ditanah rantau itu amat menyiksa. Tapi sebab orang2 yang masih menyayangiku, rasa tekad untuk lekas sembuh ini sangat kuat. Aku tak ingin memanjakan tubuhku, aku harus sembuh. Selain itu tanpa aku hiraukan, mungkin seonggok hati didalam tubuhku ini juga perlu disembuhkan dari segala hal yang membuatku merasa perih. Tak apa aku akan pelan2 melakukannya dengan berdamai menghadapi segala kebahagiaan dan keperihan yang diberikan oleh kekasihku sekarang. Seperti kata-kataku postingan sebelumnya, aku benar belum pernah berjua dengannya. Sampai deti...

Mengertilah

Aku bukan tak menghargai perasaanmu Aku ingin sendiri dan aku terlalu lelah untuk merasakan sakitnya jatuh cinta hingga dikhianati lalu patahati. Ya.. aku terlalu lelah untuk itu semua tolong biarkan aku bernafas dan pasrah akan takdir Tuhan biarkan aku menari dalam doa2ku dan biarkan hanya Tuhan yang mengetahui perasaanku. Sejauh ini biarkan aku memilih jalanku tolong jangan menguntitku jangan mengikutiku, aku bukanlah penjahat atau tawananmu biarkan aku melihat langit tanpa awan mendung disana biarkan aku berlari dan bangkit jika terjatuh biarkan aku terbang bebas menghindari badai disana cukup lihat aku dari kejauhan cukup balas rinduku lewat doamu jangan ikat aku lagi.. jangan.. jangan .. aku hanya ingin berbakti pada kedua orangtuaku tanpa membantah dan melawan mereka aku hanya ingin lebih mencintai ALLAH sebelum mencintai hamba-Nya yang lain Tenang, aku takkan menjahatimu, aku takkan melupakanmu bagaimanapun juga kau adalah kenanganku yang mungkin jika Al...

Lelah dan Bertahan

Sudah pukul berapa aku masih mendengarkan lagu yang menyayat hati? Harusnya aku sudah memejamkan mataku dan beristirahat untuk kerja esok hari. Teringat tahun lalu saat aku melepaskan orang yang aku tangisi, pernah aku cintai. Rasa itu amat menyakitkan bila diingat. Berjua pun belum pernah tapi sudah sebegitunya menyayangi, hingga harus dilepas juga.  Perasaan bersalah terhadap hati sendiri tak kunjung terhenti, aku merasa diri ini tak pantas memiliki tambatan hati dan bahagia, tak pantas diperjuangkan sebegitu seriusnya. Hingga berkali-kali tersakiti dan dikhianati. Namun selang beberapa detik, aku faham bahwa semua anggapanku salah.  Aku tak pernah berdoa pada Tuhan untuk segera ditemukan sosok yang mampu menggantikan posisinya, aku hanya berdoa segeralah Tuhan sembuhkan lukaku kala itu. Namun caraNya memang tak bisa ku baca, dengan salah satu hambaNya dibantu aku menyembuhkan lukaku. Payahnya memang aku tak sulit merasa jatuh cinta, dan tak dipungkiri aku juga ternyata tak ...