Langsung ke konten utama

Lagi dan lagi

Harusnya kamu mengerti,
Ketika aku sudah diam dan tak perduli lagi,
Maka saat itu juga adalah kesempatan, untukmu mempertahankan aku atau melepasku,
Aku takkan berbalik jika kau tak menahanku,
Aku tak mau berjuang sendirian jika kamupun mengabaikanku,

Bukan sekali aku menahanmu
Bukan sekali aku meminta maaf padamu
Bukan sekali aku ingin memperbaiki semua kesalahan antara kita
Sekecil apapun

Namun berkali-kali
Cukup kau abaikan perjuanganku
Bukan egoku yang besar
Hanya saja rasa engganmu untuk mempertahankanku yang sangat kecil

Mungkin memang hanya beberapa saat aku penting bagimu,
Selebihnya aku harus tau diri,
Namaku tidak sepenting itu difikiranmu.

Bagiku mencintaimu setulusnya, bila tak dianggap. Aku bisa apa?
Menangis?
Aku baru faham setega ini ternyata kamu.
Hehe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari semalam

Jika saja aku tak merasakan kantuk yang luar biasa, Mungkin aku sudah menuliskan ini dari semalam, Ada beberapa patah kata yang kutuliskan semalam sebagai penghantar tidurku, bukan dengan mendengarkan lagu seperti biasa untuk mengiringi tidurku, aku malahsedikit  menuliskan curahan hatiku lewat kata. Cuaca pagi ini mendung, gerimis hujan tadi membasahi tubuhku yang lepas demam ini. Semoga saja tubuhku kembali membaik karena nyatanya sakit ditanah rantau itu amat menyiksa. Tapi sebab orang2 yang masih menyayangiku, rasa tekad untuk lekas sembuh ini sangat kuat. Aku tak ingin memanjakan tubuhku, aku harus sembuh. Selain itu tanpa aku hiraukan, mungkin seonggok hati didalam tubuhku ini juga perlu disembuhkan dari segala hal yang membuatku merasa perih. Tak apa aku akan pelan2 melakukannya dengan berdamai menghadapi segala kebahagiaan dan keperihan yang diberikan oleh kekasihku sekarang. Seperti kata-kataku postingan sebelumnya, aku benar belum pernah berjua dengannya. Sampai deti...

Berbelit-belit

Aku melihat daun yang berembun dipagi ini. Setitik air disana mengingatkanku pada banyaknya tumpahan air mata yang ada semalam lalu. Disaat kita berpisah meski hanya hitungan jam. Sungguh sebenarnya kata-katamu amat menyakitkan hatiku Namun apa hakku untuk melarangmu mengatakan itu semua? Termasuk salam perpisahan dan keputusan untuk menyudahi hubungan kita. Aku tahu, bahkan semua teman-temankupun tahu tentang hubunganku dengan kamu hanya sebatas Long Distance lewat Social Media tanpa pernah berjumpa. Yang sebagian besar orang anggap untuk pertemuan dan keberhasilan hubungan itu cuma kemungkinan yang paling kecil. Syukur-syukur bila nanti ada pertemuan. Awalnya aku kira kita bisa melewati keraguan seperti itu kedepannya, namun agaknya semua tlah terjawab semalam. Malam tepat dimana hari aku akan beristirahat untuk besok memulai hari kerja-ku, malam dimana aku mengharapkan kamu mengucapkan selamat malam dan menyuruhku beristirahat sayang. Malam itu kamu justru melontarkan segelintir k...