Langsung ke konten utama

Luka yang kucintai

Kenapa untuk rindu saja sangat menyiksa?
Kenapa untuk menyayangi saja perlu banyak dusta?
Aku tak tau letak kesalahannya disebelah mana,
Kali ini pada siapa aku akan bertanya?
Tentang segala perasaan yang patut dipertahankan
Atau segala sakit yang perlu dirasakan?

Pada siapa aku bertanya?
Apakah aku akan siap terus begini?
Mencintai ketidakpastian?
Seolah menggenggam angin yang tak terlihat, namun dapat dirasa
Angin yang tak berwarna, namun amat menyejukkan

Bolehkah aku mencintaimu sepenuh hatiku?
Dan kamu membalas itu sesuai apa mauku?
Ya aku tau ini egois
Padahal aku pernah berkata pada temanku
Bahwa dalam hal mencintai, kita tak boleh setitikpun egois
Mencintai hak kita, begitupula dalam hal ia mau membalas atau tidak

Semua punya hak masing-masing dalam dirinya apalagi hatinya
Semua punya porsi masing2, mencintai atau dicintai.
Disakiti atau menyakiti.

Aku ingin bertanya lagi,
Kapan perih ini usai?
Bisakah aku terus bertahan?
Mencintai luka ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari semalam

Jika saja aku tak merasakan kantuk yang luar biasa, Mungkin aku sudah menuliskan ini dari semalam, Ada beberapa patah kata yang kutuliskan semalam sebagai penghantar tidurku, bukan dengan mendengarkan lagu seperti biasa untuk mengiringi tidurku, aku malahsedikit  menuliskan curahan hatiku lewat kata. Cuaca pagi ini mendung, gerimis hujan tadi membasahi tubuhku yang lepas demam ini. Semoga saja tubuhku kembali membaik karena nyatanya sakit ditanah rantau itu amat menyiksa. Tapi sebab orang2 yang masih menyayangiku, rasa tekad untuk lekas sembuh ini sangat kuat. Aku tak ingin memanjakan tubuhku, aku harus sembuh. Selain itu tanpa aku hiraukan, mungkin seonggok hati didalam tubuhku ini juga perlu disembuhkan dari segala hal yang membuatku merasa perih. Tak apa aku akan pelan2 melakukannya dengan berdamai menghadapi segala kebahagiaan dan keperihan yang diberikan oleh kekasihku sekarang. Seperti kata-kataku postingan sebelumnya, aku benar belum pernah berjua dengannya. Sampai deti...

Berbelit-belit

Aku melihat daun yang berembun dipagi ini. Setitik air disana mengingatkanku pada banyaknya tumpahan air mata yang ada semalam lalu. Disaat kita berpisah meski hanya hitungan jam. Sungguh sebenarnya kata-katamu amat menyakitkan hatiku Namun apa hakku untuk melarangmu mengatakan itu semua? Termasuk salam perpisahan dan keputusan untuk menyudahi hubungan kita. Aku tahu, bahkan semua teman-temankupun tahu tentang hubunganku dengan kamu hanya sebatas Long Distance lewat Social Media tanpa pernah berjumpa. Yang sebagian besar orang anggap untuk pertemuan dan keberhasilan hubungan itu cuma kemungkinan yang paling kecil. Syukur-syukur bila nanti ada pertemuan. Awalnya aku kira kita bisa melewati keraguan seperti itu kedepannya, namun agaknya semua tlah terjawab semalam. Malam tepat dimana hari aku akan beristirahat untuk besok memulai hari kerja-ku, malam dimana aku mengharapkan kamu mengucapkan selamat malam dan menyuruhku beristirahat sayang. Malam itu kamu justru melontarkan segelintir k...