Langsung ke konten utama

Ranting Yang Patah

Hal penting apa yang dapat menyejukkan hatiku, kalau saja kau sukarela ikhlas turunkan hujan. Bahkan bolehkah aku meminta, padahal aku tau keinginanku takkan mungkin kau penuhi. 
Keinginanku yang itu, yang takkan pernah bisa kau beri. Sakitku yang itu, yang kau tau dan tak bisa menyembuhkannya padahal tau caranya. 

Bagimu menyembuhkanku, akan melukaimu. Menyembuhkanku akan membuatmu menderita. Lantas .. kau biarkan aku yang perih sendirian. Kau tau tapi menutup mata. "Katanya" kau merasakan sakitku juga, tapi hanya dirimu yang bisa baik-baik saja bertahan dengan itu.

Aku ... Sebagai aku akan merasakan hal sakit itu sendirian. Kau sebagai penontonnya. Memberiku makanan yang lezat tanpa memberikan obat. Kau mengerti tapi belum tentu kau akan memahami sehingga bisa merasakan jua.

Sakitku ini, apa kau perduli?
Perdulimu itu, akankah kau mengobatiku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari semalam

Jika saja aku tak merasakan kantuk yang luar biasa, Mungkin aku sudah menuliskan ini dari semalam, Ada beberapa patah kata yang kutuliskan semalam sebagai penghantar tidurku, bukan dengan mendengarkan lagu seperti biasa untuk mengiringi tidurku, aku malahsedikit  menuliskan curahan hatiku lewat kata. Cuaca pagi ini mendung, gerimis hujan tadi membasahi tubuhku yang lepas demam ini. Semoga saja tubuhku kembali membaik karena nyatanya sakit ditanah rantau itu amat menyiksa. Tapi sebab orang2 yang masih menyayangiku, rasa tekad untuk lekas sembuh ini sangat kuat. Aku tak ingin memanjakan tubuhku, aku harus sembuh. Selain itu tanpa aku hiraukan, mungkin seonggok hati didalam tubuhku ini juga perlu disembuhkan dari segala hal yang membuatku merasa perih. Tak apa aku akan pelan2 melakukannya dengan berdamai menghadapi segala kebahagiaan dan keperihan yang diberikan oleh kekasihku sekarang. Seperti kata-kataku postingan sebelumnya, aku benar belum pernah berjua dengannya. Sampai deti...

Berbelit-belit

Aku melihat daun yang berembun dipagi ini. Setitik air disana mengingatkanku pada banyaknya tumpahan air mata yang ada semalam lalu. Disaat kita berpisah meski hanya hitungan jam. Sungguh sebenarnya kata-katamu amat menyakitkan hatiku Namun apa hakku untuk melarangmu mengatakan itu semua? Termasuk salam perpisahan dan keputusan untuk menyudahi hubungan kita. Aku tahu, bahkan semua teman-temankupun tahu tentang hubunganku dengan kamu hanya sebatas Long Distance lewat Social Media tanpa pernah berjumpa. Yang sebagian besar orang anggap untuk pertemuan dan keberhasilan hubungan itu cuma kemungkinan yang paling kecil. Syukur-syukur bila nanti ada pertemuan. Awalnya aku kira kita bisa melewati keraguan seperti itu kedepannya, namun agaknya semua tlah terjawab semalam. Malam tepat dimana hari aku akan beristirahat untuk besok memulai hari kerja-ku, malam dimana aku mengharapkan kamu mengucapkan selamat malam dan menyuruhku beristirahat sayang. Malam itu kamu justru melontarkan segelintir k...